rss_feed

Desa Payungrejo

Jln. Rejoso No. 01
Kecamatan Kutorejo Kabupaten Mojokerto Provinsi Jawa Timur , Kode Pos 61383

085 mail_outline payungrejo@emaildesa.id

Hari Libur Nasional
Hari Buruh Internasional / Pekerja
  • LILIK NUR FAWIYAH

    Kepala Desa

    Tidak Ada di Kantor
  • FERIDIYANTO

    Sekretaris Desa

    Tidak Ada di Kantor
  • SITI MARIYANI NINGSIH

    Kaur Keuangan

    Tidak Ada di Kantor
  • ROMLAH

    Kaur Umum dan Perencanaan

    Tidak Ada di Kantor
  • ZAINUL WAHYUDI

    Kasi Pelayanan

    Tidak Ada di Kantor
    Login Terakhir:
    11 Juli 2023 11:17:01
  • AIANAH

    Kasi Pemerintahan

    Tidak Ada di Kantor
  • ABDUL ROSYID

    Kasi Kesra

    Tidak Ada di Kantor
  • SUGENG WALOYO

    Kepala Dusun Wonokusumo

    Tidak Ada di Kantor
  • DIDIK ABDUL HAMID

    Kepala Dusun Rejoso

    Tidak Ada di Kantor
  • MUHAMMAD ROFIQ

    Kepala Dusun Sumberjo

    Tidak Ada di Kantor
  • SOLEH

    Kepala Dusun Bulurejo

    Tidak Ada di Kantor
  • MUHAMMAD SLAMET ARI WIBOWO

    Kepala Dusun Nampes

    Tidak Ada di Kantor
  • SOLIKIN

    Kepala Dusun Bulupayung

    Tidak Ada di Kantor
  • SUHARI WIBOWO

    Kepala Dusun blumbang

    Tidak Ada di Kantor
  • SULIMAN

    Kepala Dusun Arjosari

    Tidak Ada di Kantor

settings Pengaturan Layar

Ayo kita semua disiplin menerapkan protokol kesehatan
Bulan Ini
Kelahiran
0 Orang
Kematian
0 Orang
Masuk
0 Orang
Pindah
0 Orang
Bulan Lalu
Kelahiran
0 Orang
Kematian
0 Orang
Masuk
0 Orang
Pindah
0 Orang

0

Hari Ini

5

Kemarin

7

Minggu Ini

19

Bulan Ini

25

Bulan Lalu

128

Tahun Ini

543

Tahun Lalu

1,086

Total
fingerprint
Merunut Jejak Kemegahan Majapahit di Penjuru Barat Mojokerto

28 Oktober 2021 15:47:11 314 Kali

KERAJAAN Majapahit ada di Jawa Timur. Tepatnya di Mojokerto. Sampai sekarang pernyataan itu masih diupayakan bukti-buktinya. Termasuk lewat ekskavasi situs Kumitir di Dusun Bendo, Desa Kumitir, Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto. Artefak-artefak di situs seluas 6 hektare tersebut menunjukkan bahwa lokasi yang kini sedang digali itu adalah bhumi alias kompleks istana, yakni puri Bhre Wengker.

”Temuan situs Kumitir ini akan menjadi titik awal pencarian lokasi pasti istana Majapahit,” ucap ketua tim ekskavasi situs Kumitir Wicaksono Dwi Nugroho kepada Jawa Pos Senin (30/8). Mengacu pada kitab Nagarakertagama, puri biasanya dibangun di sekeliling pura alias istana raja. Jika puri Bhre Wengker terletak di Kumitir, kuat dugaan istana Hayam Wuruk pun berada tidak jauh dari sana.

Bhre Wengker alias Wijayarajasa adalah paman sekaligus mertua Hayam Wuruk. Bhre adalah gelar untuk penguasa wilayah bawahan. Pada masa kejayaannya, Majapahit membawahkan 12 wilayah yang masing-masing dipimpin seorang bhre.

Empu Prapanca menuliskan bahwa puri Bhre Wengker berada di sisi timur istana Hayam Wuruk. Puri itu menjulang tinggi. Wicak (sapaan Wicaksono Dwi Nugroho) menduga, saat menuliskan deskripsi puri tersebut dalam Nagarakertagama, Prapanca sedang berada di istana Hayam Wuruk.

Selain Nagarakertagama, kitab lain yang menyebut puri Bhre Wengker sebagai istana timur adalah Pararaton dan Kidung Wargasari. Dalam naskah Pararaton, nama Kumitir tertulis sebagai Kumeper. Awal ditemukan, Kumitir diyakini sebagai tempat pendarmaan Mahesa Cempaka alias Mahisa Campaka. Dia adalah ayah pendiri Majapahit Raja Wijaya. Namun, penemuan keramik dari Dinasti Yuan, sumur, dan pecahan genting menepis dugaan tersebut. Artefak di situs itu menunjukkan bahwa Kumitir lebih dari sekadar tempat pendarmaan. Bangunan di Kumitir adalah candi tunggal patah.

Menurut Wicak, struktur bangunan yang berupa talut dan tembok berbentuk sudut persegi panjang kian menegaskan bahwa bangunan itu adalah puri. Apalagi, ciri-cirinya sama dengan yang didapatinya pada puri-puri peninggalan Hindu kuno di Bali.

Berkejaran dengan waktu, Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan menjadwalkan penggalian kontinu di Kumitir. Besok (6/9) ekskavasi di area barat situs, tempat ditemukannya gerbang Kumitir, akan berlanjut. ”Kami ingin menyelamatkan secepat mungkin,” kata Wicak dengan nada gemas.

Tantangan ekskavasi Kumitir adalah sebagian area yang berstatus lahan pribadi. Artinya, BPCB harus bisa bernegosiasi dengan para pemilik lahan agar bersedia mendukung proses penggalian situs bersejarah tersebut. Tentu saja ada konsekuensi yang harus dibayar. Dalam hal ini, biayanya Rp 50.000 per meter persegi untuk menyewa dan melakukan penggalian di lahan warga.

Anggaran ganti rugi itu menyedot sebagian besar dana ekskavasi Kumitir. Larut memusingkan biaya, BPCB bisa kehabisan waktu karena lahan-lahan pribadi tersebut berpotensi berpindah kepemilikan setiap saat. Bisa dijual ke orang lain atau dijadikan lokasi pembuatan batu bata. Jika opsi kedua berlaku, aktivitas pembuatan batu bata akan mengancam keberadaan artefak Majapahit. Bisa rusak atau malah hilang.

Di Mojokerto, penemuan situs Kumitir tidak bisa dilepaskan dari aktivitas para pencetak batu bata. Pada 2019 merekalah yang menemukan tatanan batu bata Majapahit –belakangan diketahui sebagai talut– di sana. Bunyi duk yang tidak biasa membuat Adit dan teman-temannya menghentikan aktivitas mencangkul. Mereka lantas mengusap bagian yang kena cangkul.

”Kami bersihkan pakai tangan dan ketemu struktur bata,” ucap Adit saat ditemui Senin lalu. Dia terkejut melihat ukuran batu bata yang empat kali lebih besar dari ukuran biasa. Mereka pun langsung melapor ke kantor desa yang kemudian meneruskannya ke BPCB. Kisah pencarian batu bata pada suatu siang 2019 itulah yang menjadi cikal bakal ekskavasi Kumitir.

chat
Kirim Komentar

Untuk artikel ini

person
stay_current_portrait
mail
chat

account_circle Pemerintah Desa

assessment Statistik

share Sinergi Program

contacts Media Sosial

assessment Statistik Pengunjung

Hari ini : 28
Kemarin : 88
Total Pengunjung : 58.112
Sistem Operasi : Unknown Platform
IP Address : 18.218.184.214
Browser : Mozilla 5.0